Salon Plus Plus Di Bengkulu

 Salon Plus Plus Di Bengkulu


Prostitusi terselubung ini mulai merambah ke dunia salon. Di Bengkulu misalnya, salah satu salon yang menghuni ruko dua tingkat yang berada di tengah pemukiman warga di Padang Jati, Bengkulu menawarkan jasa esek-esek bagi pelanggan yang datang. Salon tersebut berada di tengah pemukiman penduduk di wilayah itu.


Saat pelanggan tiba dan masuk di ruko dua tingkat itu, di bagian depan ruangan ada bangku tamu yang terbuat dari rotan. Kemudian di dinding samping ada lemari yang berisikan beragam peralatan salon. Antara ruang depan dan ruang belakang hanya dibatasi dinding triplek saja. Saat tamu tiba, pengelola salon akan menyuruh pelanggannya masuk dan duduk di ruang belakang salon. Sudah disediakan kursi plastik dan meja di ruang itu, ruangan ini cukup luas. Ada televisi untuk menonton dan kulkas yang berisikan minuman dingin. Juga ada tangga untuk naik ke lantai atas di mana di bawah tangga tersebut ada kamar kecil.


Di ruang ini pengunjung yang datang diajak mengobrol dengan santai. 

Saat mengobrol itu lah pengelola salon tersebut menawarkan pelayanan yang bisa diberikan pada pengunjungnya. “Mau potong rambut yang mana? Di sini bisa apa saja,” kata wanita genit yang minta dipanggil Bunda tersebut. Ia menjelaskan, bisnis yang baru 5 bulan di jalannya ini juga menawarkan jasa pijat. Bukan hanya pijat saja, juga bisa bercinta. Untuk jasa pijat dia hanya mematok harga Rp 100 ribu.

Jika ingin layanan lebih dari karyawannya cukup membayar Rp250 ribu saja. Pelayan yang pandai menawar dan pemijatnya setuju bisa saja cukup Rp200 ribu, siap eksekusi. Setelah berbincang, tak berapa lama kemudian keluar dua orang karyawannya menggunakan tank top. Satu karyawannya berambut panjang berbadan padat. Satu lagi juga berambut panjang dengan tubuh lebih berisi. Kedua-duanya berkulit putih.

Karyawannya tak segan menawarkan untuk langsung ke lantai atas untuk memberikan layanan. “Potong rambut mana saja bisa. Yang lebih juga bisa ayolah ke atas”, ajak salah seorang karyawan bernama Eva (24) yang berwajah manis, dengan mukanya yang oval. Setelah berbincang sejenak, karyawan salon yang lain ikut datang dan menyalami pengunjung yang datang. Mereka menyebut nama masing-masing dengan nama pasaran supaya mudah dikenal. Setelah cocok berbincang dengan Eva, Eva mengajak naik ke lantai atas.


Ada sekitar 20 anak tangga berbentuk leter L untuk sampai ke lantai atas yang biasa disebut lantai “eksekusi”. Di lantai atas tersebut, ruangan ruko itu sudah disekat dengan triplek. Ada sekitar tujuh kamar yang dibuat. Di enam kamar ukuran kecil sekitar 1,5 x 2 meter. Dan satu kamar lagi ukuran besar sekitar 2,5 meter x 3 meter. Di enam kamar itu, setiap kamarnya sudah disiapkan satu kasur busa di atas lantai keramik bewarna putih. Sedangkan di kamar ukuran besar itu disediakan tempat tidur springbed. Di pojok belakang bangunan itu juga ada kamar mandi untuk para pelanggan.

Namun anehnya tidak ada satupun meja kaca dan peralatan lainnya di lantai atas itu untuk aktivitas memotong rambut. Eva kemudian mengajak tamunya masuk ke salah satu kamar ukuran kecil di pojok dinding ruangan kamar tersebut. Di kamar itu kemudian Eva mulai bercerita tentang usaha yang saat ini tengah digelutinya. “Kalau main bang hanya Rp 200 ribu saja. Untuk apa mahal-mahal bang kalau sepi,” kata Eva.

Eva menceritakan kebanyakan pelanggan yang datang berusia 40 – 50 tahunan atau Om-Om. Namun ada juga usia muda sekitar 30 tahunan. Yang mengejutkan dari pengakuan Eva bahkan ada anak usia sekolah yang ikut menjadi pelanggan di sana. Eva menceritakan teman-temannya yang bekerja di salon itu rata-rata usia 20-25 tahun, dan sama seperti dengan Eva mereka juga siap diajak untuk berkencan.



Comments