Patahan yang Membagi Dua Pulau Sumatera, Lembah Ngarai Sianok
Ngarai Sianok merupakan bentang alam berupa lembah curam (jurang) di kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Lembah Ngarai Sianok memanjang dan berkelok menjadi batas kota Ngarai Koto Gadang bagian selatan sampai ke nagari Sianok Anam Suku, berakhir di kecamatan Palupuh. Pemandangan alam di lembah ini sangat indah, bahkan diabadikan dalam uang pecahan Rp 2.000, bersama tari piring yang berasal dari Minangkabau.
Keberadaan lembah Ngarai Sianok memang kurang begitu dikenal. Lukisan dalam mata uang Rp 2.000 jelas tak bisa menggambarkan sepenuhnya alam indah dari lembah ini. Panorama Ngarai Sianok dapat dilakukan dengan berkunjung langsung. Lokasinya berada 2-3 jam dari Bandara Internasional Minangkabau dengan kendaraan pribadi atau minibus Padang-Bukittinggi.
Jurang raksasa sepanjang 15 Km ini dahulu terbentuk dari suatu fenomena geologi pada kala Eosen hingga Oligosesn atau sekitar 25-55 juta tahun lalu. Jurang Ngarai Sianok merupakan bagian dari patahan yang memisahkan pulau Sumatera menjadi dua bagian alias patahan Semangko. Ngarai Sanok berupa full graben, lapisan batuan merenggang lalu bagian tengah ambles.
Asal-usul Ngarai Sianok
Berbeda dengan penjelasan ilmiah, masyarakat di Minang meyakini bahwa Ngarai Sianok terbentuk dari pertarungan dua orang sakti yang berupaya menguasai tanah Minangkabau. Konon, terdapat seorang laki-laki bernama Katik Muno yang bekerja menjadi pelayan raja, Sang Supurba dan menetap di Minangkabau, pedalaman Sumatera. Katik Muno adalah sosok yang baik.
Setelah beberapa lama, Katik Muno yang baik perlahan berubah menjadi kasar dan jahat. Diliputi nafsu, ia ingin menjadi penguasa di Minangkabau. Para penduduk setempat pun dibuatnya takut dan menderita. Katik Muno lalu berubah menjadi naga dan bertarung melawan Sang Supurba. Ketika pertaruangan berlangsung, naga Katik Muno menyemburkan api panas yang membentuk jurang raksasa Ngarai Sianok.
Pertarungan tersebut berakhir dengan kalahnya Katik Muno. Ia kemudian tersadar akan semua kesalahannya. Sebagai permintaan maaf, Katik Muno lalu mengubah sisa api di Ngarai Sianok menjadi air yang menyejukkan. Kini, lembah Ngarai Sianok menjadi tanah yang subur dengan berbagai flora dan fauna langka, salah satunya yaitu spesies bunga Rafflesia arnoldii.
Comments
Post a Comment